2captcha

2captcha

Sabtu, 23 Januari 2016

Cerpen: Berselimut Mimpi

Share it Please

Berselimut Mimpi

Cerpen Karangan:

Malam ini udara di kampungku begitu dingin, suara rintik hujan membisik kesunyian. Angin sepoi-sepoi berhembus lewat celah-celah ventilasi kamarku, menyentuh tubuh ini, membuat semakin malas saja untuk sekedar keluar dari kamarku tercinta ini. Aku masih mencermati kata demi kata yang berbaris dalam kitab yang sedang ku baca. Berbekal jaket juga selimut yang melilit tubuhku aku duduk di atas tikar bersama kitab yang ku beli beberapa minggu lalu dari ibu kota.
Sesekali ku tengok ruang tengah dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, ibuku terlihat serius menonton sinetron di televisi. Tak tahulah apa sebab ibuku itu sangat menyukai sinetron seperti kebanyakan wanita khususnya ibu-ibu. Itu dunia mereka, aku tak tahu apa-apa. Jam masih menunjukan pukul 20:30 WIB tapi mata ini sudah mulai berat, mengantuk. Mungkin karena tadi siang aku harus membantu kakakku memindahkan kayu bakar dari kebun sampai rumahku, jadi tubuh ini meminta istirahat lebih awal.
Pagi ini udara begitu sejuk, meski mentari telah menampakkan batang hidungnya dari tadi. Beginilah kampungku yang terletak di kaki sebuah gunung di daerah Magelang. Tak pagi, tak siang, dan tak malam tetap terasa dingin. Langit biru membentang, terasa lengkap sudah keindahan di pagi ini. Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Hati ini terasa bahagia, pasalnya siang ini aku akan melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis pujaanku, Aisyah namanya.
Nama yang akan selalu mengingatkanku akan gadis itu, gadis sederhana yang selalu menundukkan pandangannya ketika ia berjalan. Jilbab besarnya yang kadang tertiup angin menambah keanggunannya dan akan membuat hati ini berdebar-debar. Entah, aku tak ingat kapan aku datang ke rumah orangtuanya untuk meminangnya dan apa yang ku katakan kepada orangtuanya hingga aku diterima untuk menjadi menantu mereka. Aku pun lupa kapan ibuku memberi izin padaku untuk menikah, perasaan ia belum memberi izin padaku untuk itu. Semua itu seakan menjadi memori yang hilang dari ingatanku.
Ah entahlah, yang penting pagi ini aku telah bersiap di depan rumah, menanti keluargaku yang tengah bersiap-siap untuk mengantarkanku ke tempat Aisyah untuk melaksanakan ijab qabul. Mobil yang dipinjam kakakku dari temannya juga sudah diparkir di depan rumah, mobil yang akan mengantarkanku karena perjalanan memang cukup jauh, sekitar 3 jam kata kakakku. Kedua kakak laki-lakiku memasuki mobil bersama istri dan anak-anak mereka yang masih kecil. Sementara kakak perempuanku hanya menunggu di rumah bersama para kerabat mempersiapkan acara besok pagi di rumah karena ia sedang hamil tua.
Aku menuntun ibuku menuju mobil sambil sesekali mengusap keringat yang membasahi keningku. Semuanya jadi terasa panas karena aku tak terbiasa memakai jas juga sepatu, atau mungkin karena aku memang sedang panik, jadi muncul keringat dingin dari dahi juga telapak tanganku. Tiba-tiba aku ingat sapu tanganku ketinggalan, aku berjalan agak cepat masuk ke rumah tuk mengambil sapu tangan. Tak sengaja kakiku tersandung dan akhirnya terjatuh. Dan tak tahu mengapa rasanya begitu susah untuk berdiri lagi.
Sayup-sayup terdengar suara murottal dari kamarku, pertanda waktu subuh akan segera tiba. Ku coba untuk membuka mata, masih gelap gulita. Ah.. aku masih tidur di atas tikar dan diselimuti. Pasti ibuku yang menyelimutiku dan mematikan lampu kamarku tadi malam. Kitab yang tadi malam ku baca juga sudah tidak ada, mungkin telah dirapikan. Rasanya mata ini tak bisa ku paksa untuk bangun sebelum subuh, akhirnya ku rapatkan selimut kembali dan tidur. Hingga suara adzan pamanku membangunkanku disertai suara ibuku yang menyuruhku tuk segera bangun dan lekas ke mesjid.
Suasana masih gelap, jalanan basah sisa hujan malam hari. Di tengah perjalanan ke mesjid serasa ada orang yang berjalan di belakangku. Karena penasaran maka aku pun menoleh ke belakang. Sontak diri ini terkejut dan hati berdebar melihat gadis di belakangku yang tiba-tiba menutupi muka dengan mukenanya. Dialah Aisyah, mengingatkanku akan mimpiku malam tadi. Dan membuat diri ini senyum-senyum sendiri sepanjang jalan menuju mesjid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Me

Follow The Author